Rara suka memasak agar-agar instan. Mudah dan tidak memakan waktu lama. Camilan yang teksturnya kenyal dan bisa dimakan tanpa rasa bersalah karena Rara tidak menambahkan banyak gula.
Memasak agar-agar bukan hal yang istimewa, siapapun yang mengikuti prosedur pasti berhasil memasaknya. Tapi, Rara pernah melewati masa di mana dia meremehkan cara memasak agar-agar. Seperti memasukkan air terlebih dahulu yang berakhir dengan bubuk agar-agarnya mengumpal, menyalahkan api sebelum mengaduk rata larutan agar-agarnya, bahkan sampai tidak sabar mematikan api padahal belum mendidih, yang berakhir dengan agar-agar yang tidak mengeras.
Semua cerita gagal tersebut membuat Rara jadi lebih menghargai proses memasak agar-agar. Ketika akhirnya dia bisa dengan konsisten berhasil membuat agar-agar tanpa ada gumpalan bubuk atau hal lainnya, ada perasaan puas tersendiri. Dari sanalah ia memasukkan ‘memasak agar-agar instan’ sebagai salah satu kegiatan me time-nya.
Biasanya Rara memasak agar-agar tiap akhir pekan setelah jam makan siang. Di saat itu, anak-anaknya yang masih kelas 2 dan 4 SD sedang tidur siang. Suaminya pun biasanya masih berkegiatan di luar—ke bengkel atau bertemu temannya, atau ikut tidur siang juga. Rara sendiri memilih tidak tidur siang karena dia jadi sulit tidur saat malam hari.
Di jam tersebut, hingga sore sebelum semua anggota rumah terbangun, rumah terasa lebih teduh (bukan berarti Rara tidak menikmati suasana saat semua anggota rumah sedang aktif ya), dan ia bisa menyiapkan camilan sore dengan leluasa. Mungkin kamu bertanya-tanya, sebegitu tidak ingin diganggunya kah Rara, sampai menunggu rumah benar-benar sepi? Bayangkan saja dirimu sedang dalam suasana hati baik untuk membersihkan rumah atau bereksperimen memasak resep yang kamu temukan di sosmed, lalu ada orangtuamu atau siapapun yang muncul dan mulai mengomentari kegiatanmu. Meskipun mereka hanya bercanda, rasanya suasana hati langsung hilang, kan?
Tentu saja, Rara pernah mengalami hal itu, anak-anaknya bangun lebih awal dan ingin membantunya di dapur. Ia pun menyambut mereka dengan senang hati. Tapi, tetap saja, bagi Rara kegiatan ini terasa lebih menyenangkan jika dilakukan sendirian.
Saat Rara memasak agar-agarnya, langkah pertama ia menyiapkan panci diatas kompor dan langsung mencampur bubuk agar-agar dengan gula kurang dari 100 gram (kadang dia kurangi lagi jadi beberapa sendok makan saja). Lalu, ia menambahkan air sebanyak 3 setengah gelas sambil mengaduk semua bahannya, dan baru menyalahkan api di kompor. Rara terus mengaduk larutan agar-agarnya, kadang ia berganti tangan karena tidak kuat menahan uap panas dari panci. Tiga menit setelah agar-agar mendidih, ia mematikan kompor dan mulai memasukkan bubuk asam sebagai pelengkap.
Barulah Rara menyusun wadah di atas meja, ia menyiapkan wadah besar untuk membuat es buah—yang nantinya akan dicampur dengan semangka, sirup, melon, dan es batu, serta wadah kecil 150 ml untuk jatah masing-masing anggota keluarga. Kedua anaknya selalu bertengkar soal potongan agar-agar yang adil. Sementara itu, meskipun sudah dewasa, Rara dan suaminya tetap ingin memiliki jatah masing-masing yang tidak diganggu. Jadilah ini solusi biar semua senang.
Setelah semua wadah sudah terisi agar-agar, biasanya Rara menambahkan potongan buah dari stroberi, anggur atau kiwi. Lalu, Rara menyalahkan kipas angin di ruang makan dan menghadapkannya ke meja biar agar-agarnya bisa segera dimasukkan ke kulkas.
Memasak agar-agar memang sedikit merepotkan karena tidak bisa langsung disantap seperti mie instan. Tapi, perasaan Rara yang tahu nantinya semua anggota keluarga akan menikmati camilan dingin itu di waktu sore hari, masing-masing dengan porsi dan gaya makannya sendiri. Ada yang langsung menghabiskan jatahnya, ada yang memakan setengah dulu, ada yang ingin dimasukkan ke freezer agar lebih beku. Kegembiraan kecil itu membuat kegiatan memasak agar-agar instan menyenangkan dan selalu ia nantikan.
3 Reviews ( 8.3 out of 10 )
Agar-agar instan di bulan puasa adalah makanan yang paling praktis!
Aku suka agar-agar instan!
0 Comments