Bakmi tidak hanya sekedar karbohidrat pengganti nasi atau ketela. Bagi saya, bakmi adalah bagian dari sejarah hidupku. Mulai dari aku masih balita hingga hampir menyentuh seperempat abad saat ini sudah ada bermacam-macam bakmi yang aku coba. Mulai dari bakmi yang aku rasa sangat enak, hingga bakmi yang hampir membuatku tidak akan menyantap bakmi lagi.
Memori yang saya ingat tentang pertama kali jatuh cinta denga bakmi adalah orangtua saya sering mengajak makan malam di salah satu warung bakmi di pinggiran Kota Muntilan setiap seminggu sekali. Nama warungnya kalau tidak salah “Warung Bakmi Pojok Mbak Fat”. Orangtua saya selalu membeli dua macam bakmi, yaitu bakmi goreng dan bakmi godog. Saya tidak ingat persis seperti apa rasanya waktu itu, tetapi pengalaman itulah yang membuat saya seterusnya sangat mengemari bakmi, terlebih bakmi godog. Mungkin karena tekstur bakmi yang berbeda dari mie instan, rasa kuah yang gurih sedikit manis, dan juga toping telur beserta ayam kampung suwir yang lunak membuat saya suka makan bakmi. Terlebih lagi makanan tersebut dibelikan oleh orangtua saya hahaha. Kalau dipikir-pikir dan direfleksikan, bakmi godog khususnya bakmi jawa godog memiliki filosofi (untuk saya sendiri) kehangatan dalam keluarga yang berlangsung panjang. Filosofi ini berangkat dari pengalaman masa kecil saya dimana makan bersama keluarga adalah hal yang menyenangkan, terlebih lagi jika bisa makan diluar rumah. Hangatnya bakmi godog adalah kehangatan yang diberikan dalam sebuah keluarga untuk membuat buah hati menjadi nyaman. Tak lupa filosofi bakmi yang panjang adalah harapan agar kehangatan dalam keluarga berlangsung lama.
Seiring bertambahnya usia, ada beberapa bakmi yang mulai saya cicipi. Sebut saja bakmi ayam bangka, mie aceh, dan yang terakhir adalah mie ongklok. Saya sendiri pada awalnya merasa aneh ketika mencicipi bakmi-bakmi tersebut. Dari bermacam-macam bakmi tersebut rasa bakmi yang saya rasa aneh adalah mie ongklok.
Saya pertama kali membeli mie ongklok saat kuliah, khususnya setelah pulang dari Cilacap. Ketika sampai di Wonosobo, saya menyempatkan diri untuk mencicipi Mie Ongklok dan membelinya dari salah satu penjaja mie ongklok keliling yang saya temukan di dekat Alun-alun Wonosobo. Hal yang saya rasakan pertama kali adalah kuahnya yang lengket dan asam. Belum lagi ada campuran saus kacang sate pada sate membuat perasaan eneg (tidak nafsu makan) pada diri saya. Namun ketika saya coba untuk menghabiskan beserta menikmatinya, timbul rasa enak dari perpaduan kuah lengket mie ongklok dengan saus kacang sate. Setelah saya menghabiskan mie ongklok, ternyata mie ongklok biasa dimakan beserta sate. Tau gitu sekalian saya pesan sate ahahaha.
Filosofi mie ongklok sebagai jenis bakmi yang saya cicipi adalah terdapat kenikmatan dari asamnya hidup dan manisnya kehidupan. Asamnya hidup karena selepas kuliah (bahkan hingga saat ini) saya belum mendapatkan pekerjaan sama sekali, belum lagi lamaran kerja saya di Cilacap ditolak saat itu. Jadi saya pulang dan makan mie ongklok dengan perasaan kecewa (mungkin itu juga yang menjadi bumbu ketidaksedapan mie ongklok yang saya santap). Sedangkan rasa manis adalah akhirnya saya bisa menyelesaikan pendidikan saya di bangku kuliah dan tentu saja melewati rumah HTS saya di Purbalingga saat itu wkwkwk. Rasa asam dan manis yang menjadi satu dalam satu mangkok mie ongklok saya refleksikan bahwa dalam perjalanan hidup yang panjang ini, tentu ada rasa duka dan suka dalam kehidupan. Rasa yang berbeda itu justru yang memberi rasa nikmat, dimana ketika mengalami pengalaman hidup yang asam untuk jangan lupa mengandalkan Tuhan, sedangkan pengalaman hidup yang manis untuk jangan lupa bersyukur atas Rahmat yang diberikan oleh Tuhan.
Dari cerita hidup tersebut, bakmi merupakan memorandum dalam hidupku. Setiap pengalaman, baik itu pengalaman suka dan duka, kebersamaan dan kesendirian ada dalam semangkok bakmi. Semoga dari bakmi, aku selalu belajar bahwa perjalanan hidup ini panjang, dengan rasa asam dan manis yang aku temukan dalam perjalanannya. Dalam perjalanan yang panjang tersebut tentunya ada nikmat hidup yang ditawarkan dan jangan lupa untuk memberi hangat kepada lingkungan disekitarku.
3 Reviews ( 8 out of 10 )
Jadi pengin bakmi! 😌
Menarik banget.
0 Comments