Kamu tau nggak ada lagu yang judulnya “Falling in Love in the Coffee Shop”, atau judulnya seperti itu. Aku lupa judul aslinya, tapi yang pasti ada judul yang mirip-mirip seperti ini.
Tapi, aku nggak lagi mau ngomongin dan cerita tentang lagu itu sekarang. Karena aku pengin ceritain tentang rumahku.
Rumahku yang berwujud manusia biasa.
Nggak banyak orang-orang atau lebih tepatnya lawan jenis yang mampir ke kehidupan anak perempuan umur 33 tahun yang cuma pengin punya rumah sebagai tempat pulang. Sampai akhirnya ketemu dengan laki-laki yang kayak tempat pulang. Jujur, nulis ini mataku panas, udah keluar air mata dikit. Udah dibendung supaya enggak tumpah, tapi… tumpah juga. Dan sepanjang nulis tulisan ini, aku nangis kejer, sambil denger lagunya Kim Sejong yang jadi soundtrack “Brewing Love” judulnya, Two of Us.
Dan ternyata rasanya jatuh cinta tuh kompleks, ya?
Dulu banget, aku pernah buat rumah dari seseorang yang enggak aku kenal, namanya Rio, dia dulunya bankir yang aku temukan di secarik halaman di majalan GoGirl! beberapa tahun yang lalu sebelum GoGirl! nggak ada lagi sekarang. Aku berusaha untuk buat rumah dari dia yang bahkan nggak tau aku tuh eksis. Sampai bertahun-tahun lamanya, aku ikuti semua social media-nya, aku bahkan masih follow dia setelah dia nggak kerja di salah satu bank paling besar di Indonesia.
Setelah Rio, aku juga buat rumah dari seorang pembaca berita. Pasti udah banyak yang tau, karena aku ngefans banget sama dia. Dan inspirasi Ilbram Effendi adalah gabungan dari Rio dan pembaca berita tersebut.
Yang baca “Miss Rekomendasi” pasti tau, siapa Ilbram Effendi ini.
Aku kemudian kembali ke K-pop, di mana aku ketemu Johnny Suh dan Hoshi. Aku kembali buat rumah dari mereka. Aku jadikan mereka tempat pulang.
Yang mana, kalau mereka hilang, maka rumahku akan hancur.
Selama ini, aku cuma tau hidup buat satu orang, dan sayangnya orang itu bukan aku, tapi Mama. Terus Mama berubah dan Mama hilang, dan aku hancur. Hubungan aku dengan Mama juga kompleks, karena aku nggak pernah merasa pantas ada di manapun; I am not belong everywhere, di keluarga mana pun, di lingkungan mana pun, dan di situasi apa pun.
Sampai akhirnya Mama pulang ke pangkuan Allah SWT, aku bingung, aku tersasar begitu jauh. Aku kehilangan kendali, dan aku nggak tau harus seperti apa.
Hampir tiga tahun hidup merasa tidak layak hidup di dunia yang begitu indah ini, aku bertemu seseorang, yang dia bilang ingin menjagaku dan membuatkanku rumah.
Perhatian kecilnya, perhatian besarnya, bagaimana dia merawatku, sontak aku langsung membuatnya sebagai rumah. Rumah yang sederhana, rumah yang dibuat dari kami yang sama-sama rapuh, tapi sosok kecil di dalam diriku aman bersamanya, nyaman bersamanya, tenteram bersamanya.
Tapi ternyata, kasih sayang sesama manusia itu terlalu kompleks. Ada rasa takut, ada rasa senang, ada rasa ketidaktahuan, ada rasa bingung, ada pure joyment and etc.
Namun, yang aku tau sekarang, dia rumahku.
Aku merasa bangga, karena anak kecil dalam diriku akhirnya menemukan rumah yang tanpa teriakan, tanpa silent treatment, yang dia merasa dia belong in there, yang mana dia merasa she was loved there.
Ketika awal bertemu, aku serahkan semua hal pada Allah. Aku akan berusaha terima apa pun ketentuan yang akan Allah berikan padaku.
0 Comments