VNS Diary
Tertulis, kata demi kata, perasaan demi perasaan, atas segala aktivitas yang telah terjadi. Aku sudah melakukannya sejak 2019 unofficially, karena bagiku saat itu hanya kenal yang namanya ‘Diary’ yang ku lakukan di ‘Instagram Story’ setiap hari dengan segmen yang ku beri nama ‘VNS Diary’.
Aku melakukannya cukup lama, hingga akhirnya aku lelah pada Maret 2024 lalu, tidak terasa hampir lima tahun aku melakukannya. Seringnya terlupa untuk mengungkapkan di Instagram Story menjadi penyebab, hingga menumpuk menjadi beberapa draf di ColorNote, yang kemudian ku unggah semuanya sekaligus ataupun ku cicil sampai selesai. Kelelahan, keasyikan, bahkan benar-benar lupa atas apa yang telah terjadi di hari sebelumnya, menjadi faktor mengapa sering terlupanya diri ini untuk mengunggahnya.
Hal-hal yang aku tuliskan di Instagram Story kala itu, bermacam-macam, karena medianya untuk segala macam visual, terkadang berupa gambar dengan sedikit kutipan, puisi, maupun tulisan-tulisan lainnya yang pada intinya, aku mengekspresikannya kesana.
Journaling Officially
Kini, aku benar-benar melakukan Journaling secara Official sejak November 2024. Ku tulis perlahan-lahan terhadap apa yang telah ku rasakan selama ini maupun apa yang ingin ku rasakan sebagai harapanku ke depannya. Benar-benar tertuliskan ke dalam buku, tidak ke dalam Instagram Story kembali. Meski di 10 hari terakhir, aku terlupa kembali untuk menuliskan segala perasaan dan kegiatan yang telah terjadi.
Sejak November 2024, aku berhasil menuliskannya selama 50 hari. Pada 2025, aku menuliskannya kembali sejak tanggal 1 Januari, kehabisan tinta pulpen menjadi penyebab dan aku pun lupa untuk membuat drafnya untuk disalin ke dalam buku. Mungkin aku harus rajin menyimpan stok pulpen untuk satu tahun ini.
Mengingat diriku adalah seorang Introvert, yang gemar menyendiri seperti kebanyakan pribadi Introvert lainnya. Aku memang gemar sekali berdiam diri dan merefleksikan diri di tempat yang sepi maupun ramai asalkan dengan ketenangan. Seringkali apa yang ku pikirkan aku tulis hanya untuk pribadiku sendiri, tanpa di-share ke siapapun. Entah itu berbentuk puisi, kutipan, maupun esai.
Menulis Journaling dalam Instagram Story dan di dalam buku, tentu memiliki perasaan yang berbeda. Dalam Instagram Story, banyak hal yang aku pikirkan karena itu untuk di share ke semua orang, dalam artian untuk konsumsi publik. Maka dari itu, aku pun terkadang harus memikirkan dari gambar atau artistik visual, baikkah aku membagikan ceritaku yang demikian, dan juga menyusun kata-katanya dengan baik. Tentu itu akan menjadi tantangannya. Berbeda hal dengan ditulis ke dalam buku yang dimana itu dominan menjadi konsumsi pribadi, beda hal apabila ada orang lain yang ingin melihatnya, tentu harus memiliki izin. Menulis ke dalam buku, membuatku bisa meluapkannya tanpa berpikir panjang. Tak peduli apa yang terjadi mengenai tulisanku, meskipun terkadang dalam menulisnya, aku suka terpikirkan akan estetikanya dalam penulisanku, tapi Journaling ke dalam buku ataupun dalam artian, Journaling yang sebenarnya itu lebih menyenangkan dibanding apa yang ku lakukan sebelumnya.
Untuk apa aku melakukan itu? Tentu untuk menciptakan catatan indah untuk dikenang, tapi sepertinya tidak juga sih, itu terlalu berlebihan menurutku. Mungkin alasan lebih tepatnya adalah sebagai pengingat diri ini saja, tentang aku dari masa ke masa. Refleksi diri memang begitu penting, khususnya untuk menjaga mentalku yang terkadang bisa jadi tidak stabil untuk beberapa waktu, meskipun nampaknya tidak sestres dan sedepresi itu.
Harapannya, tentu akan menjadi contoh pembelajaran dan suka-duka bagi generasi berikutnya, semoga aku diberi umur panjang, agar bisa menulisnya dan menjaga tulisanku dengan baik selama bertahun-tahun, aamiin.
3 Reviews ( 9.3 out of 10 )
0 Comments